Detik demi detik tlah kulewati
Hari berganti hari
Kucoba bangkit dari semua ini
Kucoba menatap dunia dengan tegar
Saat sayatan telah mengering
Mengapa harus terkuak kembali
Mengapa sedikit demi sedikit ingatan itu kembali
Saat ku tlah menjadi baru
Mengapa semua terjadi
Aku sadar sayatan itu takkan sepenuhnya mengering
Aku sadar aku harus menghadapinya
Tapi akankah aku sanggup mengahdapinya
Saat semuanya ada di depan mata
Apakah aku dapat meluruskannya
Maafkan aku
Kau kembali dengan sejuta tanya padaku
Kau buat diriku bingung
Kau buat diriku mematung tak berdaya
Kau...
Maafkan aku
SERBA ADA
blog yang dikelola oleh 4 orang dengan status 1 taken, 3 jomblo
Kamis, 23 Maret 2017
MY HEART
Disinilah aku berada
Menatap langit nan biru yang indah
Mulai menerawang jauh ke awan
Betapa indahnya dunia ini
Di saat aku hanya sendiri
Aku mulai memikirnya
Senyum indah penuh pesona
Betapa tampan dirinya...
Saat ini...
Aku hanya bisa memikirnya
Aku hanya bisa bisa memandangnya dari jauh
Aku hanya bisa...
Entah kenapa...
Kau mulai memasuki relung hatiku
Kau mulai menjadi orang yang pertama di diriku
Dirimulah satu-satunya yang ada di diriku
Mulai saat ini dan sampai batas yang ada di tentukan
By: Yasinta Rulivia
Menatap langit nan biru yang indah
Mulai menerawang jauh ke awan
Betapa indahnya dunia ini
Di saat aku hanya sendiri
Aku mulai memikirnya
Senyum indah penuh pesona
Betapa tampan dirinya...
Saat ini...
Aku hanya bisa memikirnya
Aku hanya bisa bisa memandangnya dari jauh
Aku hanya bisa...
Entah kenapa...
Kau mulai memasuki relung hatiku
Kau mulai menjadi orang yang pertama di diriku
Dirimulah satu-satunya yang ada di diriku
Mulai saat ini dan sampai batas yang ada di tentukan
By: Yasinta Rulivia
lirik lagu that's what i like
THAT'S WHAT I LIKE
I got a condo in Manhattan
Baby girl, what's happening?
You and your ass invited
So gon' and get to clappin'
Girl, pop it for a pimp
Pop, pop it for me
Turn around and drop it for a pimp
Drop, drop it for me
I'll rent a beach house in Miami
Wake up with no jammies
Lobster tail for dinner
Julio serve that scampi
You got it if you want it
Got, got it if you want it
Said you got it if you want it
Take my wallet if you want it now
Jump in the Cadillac
Girl, let's put some miles on it
Anything you want
Just to put a smile on it
You deserve it, baby, you deserve it all
And I'm gonna give it to you
Gold jewelry shining so bright
Strawberry champagne on ice
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Sex by the fire at night
Silk sheets and diamonds all white
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
I'm talkin' trips to Puerto Rico
Say the word and we go
You can be my freaka
Girl, I'll be a fleeko, mamacita
I will never make a promise that I can't keep
I promise that your smile ain't gon' never leave
Shopping sprees in Paris
Everything 24 karats
Take a look in that mirror
Now tell me who's the fairest
Is it you? Is it you? Is it me? Is it me?
Say it's us, say it's us, and I'll agree, baby
Jump in the Cadillac
Girl, let's put some miles on it
Anything you want
Just to put a smile on you
You deserve it, baby, you deserve it all
And I'm gonna give it to you
Gold jewelry shining so bright
Strawberry champagne on ice
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Sex by the fire at night
Silk sheets and diamonds all white
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
If you say you want a good time
Well here I am, baby, here I am, baby
Talk to me, talk to me, talk to me
Tell me what's on your mind
If you want it, girl come and get it
All this is here for you
Tell me, baby, tell me, tell me, baby
What you tryna do
Gold jewelry shining so bright
Strawberry champagne on ice
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Sex by the fire at night
Silk sheets and diamonds all white
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
Lucky for you, that's what I like, that's what I like
By:Dzaky Dhawy Dermawan
LOVE
Melupakan lebih sulit daripada mengingat
Membenci lebih sulit daripada mencintai
Kenangan indah bersamamu tertanam slalu dalam benakku
Mencintaimu hal yang ku sukai
Akankah ku bisa berhenti mencintaimu?
Akankah ku bisa berhenti memikirkanmu?
Mungkin dulu aku tidak akan bisa
Tapi sekarang...
Cintamu sudah selesai untukku
Ku tak ingin hal ini berjalan kembali
By: Yasinta Rulivia
TERBENGKALAI DALAM KENANGAN
Kau tau?
Aku adalah pendatang baru dalam hidupmu. Yang memperhatikanmu, mengawasimu, melirikmu, namun semua kulakukan dari jauh.
Kau tau?
Kita dipertemukan karena-Nya. Ah, bukan kau yang tahu kehadiranku, hanya aku yang sadar bahwa Dia telah mempertemukan kita.
Kau sadar?
Kata "pendatang baru" untukku sudah tidak cocok lagi dalam hidupmu. Karena pertemuan kita tidaklah terhitung hari lagi, melainkan tahun.
Kau sadar?
Aku melirikmu, aku tersenyum melihatmu. Walau dari jauh. Saat itu, masa dimana kau didekatku, masa dimana kita berdampingan, tapi kau tak bergeming, kau tak sadar. Atau itu hanyalah perasaanku?
Kau tahu?
Bahwa ada banyak kenangan yang terlewatkan, ada banyak kejadian yang terjadi, ada banyak pundi-pundi kehidupan yang kau abaikan. Tapi sekali lagi, disini hanya aku yang merasakan.
Kau tidak peduli atau kau tidak sadar dengan kehadiranku?
Kau tidak sadar dengan kehadiranku atau kau hanya memekirkan hidupmu, tidak memikirkan sekelilingmu?
Kau yang malas melihat atau aku yang terlalu bodoh untuk memperjuangkan ini?
Ah, aku tidak memperjuangkannya. Aku hanya diam, aku hanya melihat, aku hanya merasakan.
Kau bahkan tidak tahu, ada banyak kenangan tentangmu dalam hidupku.
Tetapi, apakah kau sadar dengan kenanganmu?
Source :
https://www.wattpad.com/161824455-tiga-tahun-lalu-terbengkalai-dalam-kenangan
This Blog Written By :
Chinthya Kharanshya
Aku adalah pendatang baru dalam hidupmu. Yang memperhatikanmu, mengawasimu, melirikmu, namun semua kulakukan dari jauh.
Kau tau?
Kita dipertemukan karena-Nya. Ah, bukan kau yang tahu kehadiranku, hanya aku yang sadar bahwa Dia telah mempertemukan kita.
Kau sadar?
Kata "pendatang baru" untukku sudah tidak cocok lagi dalam hidupmu. Karena pertemuan kita tidaklah terhitung hari lagi, melainkan tahun.
Kau sadar?
Aku melirikmu, aku tersenyum melihatmu. Walau dari jauh. Saat itu, masa dimana kau didekatku, masa dimana kita berdampingan, tapi kau tak bergeming, kau tak sadar. Atau itu hanyalah perasaanku?
Kau tahu?
Bahwa ada banyak kenangan yang terlewatkan, ada banyak kejadian yang terjadi, ada banyak pundi-pundi kehidupan yang kau abaikan. Tapi sekali lagi, disini hanya aku yang merasakan.
Kau tidak peduli atau kau tidak sadar dengan kehadiranku?
Kau tidak sadar dengan kehadiranku atau kau hanya memekirkan hidupmu, tidak memikirkan sekelilingmu?
Kau yang malas melihat atau aku yang terlalu bodoh untuk memperjuangkan ini?
Ah, aku tidak memperjuangkannya. Aku hanya diam, aku hanya melihat, aku hanya merasakan.
Kau bahkan tidak tahu, ada banyak kenangan tentangmu dalam hidupku.
Tetapi, apakah kau sadar dengan kenanganmu?
Source :
https://www.wattpad.com/161824455-tiga-tahun-lalu-terbengkalai-dalam-kenangan
This Blog Written By :
Chinthya Kharanshya
Novel A Man Called Ove
Judul : A Man Called Ove
Penulis : Fredrik Backman
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penerbit : Penerbit Noura Books
Terbit : Cetakan pertama, Januari 2016
Tebal : 440 halaman
Laki-laki tua itu bernama Ove. Bukan tipe yang romantis. Bukan juga tipe yang ramah. Jika seseorang berani membawa mobil mereka ke depan plang dilarang parkirnya, ia tak segan-segan menegur. Apalagi mengadakan pertikaian besar tentang melanggar sebuah aturan.
Penulis : Fredrik Backman
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penerbit : Penerbit Noura Books
Terbit : Cetakan pertama, Januari 2016
Tebal : 440 halaman
“Kita merasa gentar terhadap kematian, tapi sebagian besar dari kita merasa paling takut jika kematian itu membawa pergi orang lain. Sebab yang selalu menjadi ketakutan terbesar adalah jika kematian itu melewatkan kita. Dan meninggalkan kita di sana sendirian.” –A Man Called Ove, hlm. 425
Laki-laki tua itu bernama Ove. Bukan tipe yang romantis. Bukan juga tipe yang ramah. Jika seseorang berani membawa mobil mereka ke depan plang dilarang parkirnya, ia tak segan-segan menegur. Apalagi mengadakan pertikaian besar tentang melanggar sebuah aturan.
Seumur hidup Ove percaya akan idealismenya. Ia tak perlu opini orang lain, tak perlu juga apresiasi yang menjadikannya terkenal. Biar saja ditemani mobil keluaran Saab. Toh yang ia cintai selama ini hanya kebenaran, mobilnya, dan Sonja.
Hanya Sonja seorang yang berhasil membuat Ove luluh. Sonja bukan saja cantik. Perempuan itu mencintai buku-buku dan menyayangi suaminya yang tegas tapi penuh kejujuran. Sonja dan Ove bagaikan kutub magnet yang berbeda, yang satu berwarna, sedangkan Ove hanyalah laki-laki hitam-putih yang sederhana.
Para tetangga sering mengecap Ove sebagai pria pemarah, tetapi bagaimana dengan dulu? Apakah perangainya memang seperti itu?
Setelah dunia pernovelan diguncang kesukesesan novel “The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared” karya Jonas Jonasson beberapa tahun silam, kini giliran Fredrik Backman—sebagai penulis asal Swedia lainnya—menelurkan sebuah karya baru dengan genre serupa. Dengan racikan sedikit humor dan drama khas orang tua, Ove dijelaskan menjalani masa tuanya; menolak segala hal berbau modernisme, sekaligus kesepian hidup seorang diri.
Sekilas, sosok Ove dalam “A Man Called Ove” mengingatkan saya dengan tokoh Mr. Fredickson pada film animasi “Up”. Perangai mereka sama-sama pemurung, tidak ramah, dan selalu saja nampak kesepian. Kendati demikian, Ove adalah orang yang baik hati dan selalu menjunjung kebenaran. Seperti halnya Mr. Fredickson yang setia, Ove pun amat setia pada Sonja, sekalipun itu Sonja telah meninggalkannya bersama koleksi buku dan kenangan. Kisah cinta Ove dan Sonja diceritakan melalui banyak asam-garam, bukan sekadar cerita yang digambarkan penuh kesenangan dan rasa kasmaran, tapi di saat-saat terpuruk, Sonja adalah satu-satunya yang bisa mengerti dan menenangkan diri Ove.
Sebagian besar plot “A Man Called Ove” bercerita tentang keseharian, tepatnya keseharian Ove yang hidup bertetangga. Yang mana di lingkungan tersebut, ditinggali tetangga lamanya dan sepasang tetangga baru yang tengah mengharapkan kedatangan seorang anak. Hal-hal lucu yang diangkat oleh Fredrik Backman adalah perbedaan prinsip keduanya yang terlihat konyol, bagaimana Ove yang tua selalu mempertahankan prinsip kolotnya tanpa mau diganggu gugat dengan sebuah inovasi yang baru. Akan tetapi, di sela-sela kekonyolan tersebut, penulis pun mengungkap kejadian-kejadian lampau yang menjadi nostalgia tersendiri bagi Ove.
Jadi, apakah “A Man Called Ove” sepenuhnya menceritakan humor? Tentu saja tidak. Bagi saya, “A Man Called Ove” adalah novel penuh makna. Fredrik Backman tidak sekadar menciptakan Ove dengan dialog yang ngotot sehingga mengundang tawa. Tapi, di dalam kepalanya, Ove punya sesuatu yang bermakna. Terlebih menyangkut prinsipnya dalam mempertahankan kebenaran. Narasi dan dialog yang dituturkan Fredrik Backman tak jarang membuat saya tercenung.
Menyangkut gaya menulis, Fredrik Backman menceritakan kisah hidup Ove lewat sudut pandang orang ketiga yang sepenuhnya berperangai seperti Ove. Kendati tidak ada interaksi antara narator yang serba-tahu-ini dengan Ove, tapi lewat caranya menjelaskan hal-hal yang spasial, Fredrik Backman sering menggunakan majas yang penuh sarkasme. Tidak ada metafora yang ramah dalam kalimat-kalimatnya. Dan mengenai deskripsi gestur serta spasial, semuanya dijelaskan secara eksploratif dan berdiksi mudah. Sehingga dalam proses membaca, seseorang seolah dituntun untuk melihat segala hal yang memang terlintas di mata Ove.
Fredrik Backman yang tertulis di bagian introduksi penulis, Ove tercipta dari sebuah postingan blog, oleh sebab itu setiap bab dalam kehidupan Ove terpenggal seperti cerbung per episode. Seperti halnya bab pertama: “Lelaki Bernama Ove Membeli Komputer yang Bukan Komputer” dan bab kedua: “Lelaki Bernama Ove Melakukan Inspeksi Lingkungan”. Dua bab tersebut tidak punya keterkaitan dari segi judul. Tapi, memang setiap bab selalu punya konflik yang juga dapat diselesaikan pada bab yang sama, sehingga dapat disimpulkan, membaca “A Man Called Ove” dapat diibaratkan seperti menonton seri komedi situasi. Kendati dapat disimak secara lepasan, tapi seluruh bab-nya merangkai sebuah cerita yang menyentuh tentang diri Ove.
“A Man Called Ove” ditulis Fredrik Backman dengan alur bolak-balik; alur masa depan dan alur masa lalu yang saling terikat. Di alur masa sekarang Ove yang hidup sendiri kerap menghadapi banyak hal dan dalam hal sepele sekalipun, Ove selalu berfantasi mengenai masa lalunya, mengait-ngaitkannya secara menarik. Dengan kebiasaan tersebut, pembaca pun tak ayal disungguhkan tiga sensasi berbeda: di masa lalu Ove selalu menyimpan cerita-cerita menyentuh; di masa sekarang dialog Ove yang keras kepala kerap kali mengundang rasa tawa; tapi kadang kala di tengah kebiasaan penyendiri Ove, alur yang dibimbing Fredrik Backman terasa monoton.
Penokohan yang digunakan Fredrik Backman dalam “A Man Called Ove” adalah penokohan yang kerap kali menipu para pembaca. Dengan selalu berpihak pada Ove, narator tak hentinya menyelubungi para tetangga dan orang-orang di sekitar Ove dengan kejelekan dan ejekan. Sedangkan cerita Ove sendiri dijelaskan dengan dramatisir yang baik. Karakter yang keras kepala dijelaskan melalui dialog. Dan prinsipnya dijelaskan secara nyata pada bagian narasi.
“Orang dinilai dari yang mereka lakukan. Bukan dari yang mereka katakan.” –A Man Called Ove, hlm. 105
Begitu juga dengan sosok Sonja. Pada intinya, bisa dibilang dari segi narasi penokohan, Fredrik Backman mampu menggambarkan tokohnya yang egois dan terlihat selalu ingin diperhatikan melebihi lingkungan di sekitarnya.
Dalam pemilihan setting, “A Man Called Ove” tidak menjelaskan latar tempatnya secara jelas. Tapi lewat penataan gaya bahasa yang penuh keseharian dan dan narasinya yang menceritakan adanya Asosiasi Warga. Dapat dibuat hipotesis jika Fredrik Backman memilih latar sebuah perumahan bebas parkir sebagai lingkungan tempat tinggal Ove. Namun, dari pemilihan nama para tokohnya, seperti Ove, Sonja, Anita, dan Rune, nama-nama yang dipilih Fredrik Backman punya unsur kental dalam kebudayaan Swedia.
Secara keseluruhan, “A Man Called Ove” merupakan novel yang penuh tipuan, jika “The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared” karya Jonas Jonasson sanggup mengundang tawa, “A Man Called Ove” mampu mendatangkan tawa dan haru di saat yang bersamaan. Sungguh novel yang sederhana tapi sarat makna.
Source:
https://janebookienary.wordpress.com/2016/03/01/a-man-called-ove-fredrik-backman/
This Blog Write By:
Jessi Wijaya
Sabtu, 18 Februari 2017
Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda
![]() | |
Sultan Iskandar Muda yang dulu |
Yak berjumpa juga akhir dengan gw hehehe siapa kah saya nanti akan saya beritahu di akhir post - an blog ini *sok misterius* (lagian gak ada yang mau tau situ siapa kali min)
Di post- an pertama gw bakalan ngepost tentang Sekolah di mana sekarang gw belajar. Yah dimana lagi kalo bukan SMP YPSIM atau kalo di panjangin nama sekolah tuh bisa jadi panjang banget jadi cukup baca judulnya aja malezzz ngetiknya. Nah, kalo gitu cekidot
Sekolah ini bisa berdiri sampe sekarang karena gak dapat tempat duduk makanya nih sekolah berdiri
THE END
Canda canda hehehe sebelum bahas SMPnya gw mau bahas sejarah singkatnya dulu oke oke. Nih sekolah berdiri tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr. Sofyan Tan. dr. Sofyan Tan sendiri merupakan seorang pemuda Tionghoa yang berasal dari desa Sunggal. Lokasi sekolah ini terletak di atas pertapakan yang terselip di ujung sebuah gang. Namanya tuh Gang Bakul, Desa Sunggal, Medan. Gedung Sekolah Sultan Iskandar Muda ini sebenernya berdiri di atas sawah yang tidak dapat digunakan lagi, dengan luas kurang lebih 1.500 m2 (read = meter persegi atau kuadrat). Tanah tersebut dibeli dari hasil penjualan perhiasan isterinya yang didapat dari hadiah pernikahan.
Sekolah yang terletak di pinggiran kota Medan ini dibangun sebagai bentuk realisasi dari mimpi seorang Sofyan Tan. Jika Martin Luther King di Amerika Serikat bermimpi suatu saat warga kulit hitam bisa punya hak-hak yang setara dengan warga kulit putih lainnya, mimpi pendiri Yayasan Sultan Iskandar Muda kala itu adalah agar suatu saat anak-anak miskin bisa bersekolah di sekolah yang bermutu.
Banyak yang mengatakan bahwa dr. Sofyan Tan itu gak bakal bisa ngebangun sekolah multikultural. Yak emang benar sekolah Sultan Iskandar Muda itu sekolah multikultural atau keberagaman.
Namun, pesimisme dari berbagai pihak
tidak membuat Sofyan Tan putus asa. Gelar dokter yang didapatkan dengan
susah payah tidak lagi digunakan untuk praktek sebagai seorang dokter
medis. Demi mewujudkan mimpinya, Sofyan Tan banting setir untuk menjadi
seorang ‘dokter sosial’. Secara bertahap, dimulailah pembangunan “proyek
mimpi” itu. Yang pertama dilakukan Sofyan Tan adalah mendatangi sebuah
kantor notaris di Medan untuk membuat akte pendirian Yayasan Perguruan
Sultan Iskandar Muda. Setelah akte notaris selesai, Sofyan Tan lalu
mengontak beberapa teman dekatnya untuk meminta bantuan dan
pinjaman.Sejumlah toko bangunan dinegosiasi.termasuk tukang bangunan.
Setelah hampir setahun ia
pontang-panting membangun gedung sekolah yang diimpikannya itu, pada
April 1988, sebanyak 11 lokal (kelas) untuk kegiatan belajar dan
administratif sekolah selesai dibangun.Waktu dioperasikan 1988/1989,
jumlah siswanya hanya 171 orang yang berasal dari sekitar desa
Sunggal.Umumnya mereka adalah siswa dari keluarga kurang mampu.Jumlah
gurunya juga hanya 15 orang. Fasilitas sekolah masih sangat terbatas.
Perpustakaan tidak ada, apalagi Laboratorium.
Hampir selama kurang lebih 10 tahun
setelah bangunan awal selesai dibangun, sekolah sempat terbelit utang di
sebuah bank swasta.Pada beberapa tahun pertama, Sofyan Tan bahkan tidak
sanggup mencicil bunga, apalagi membayar angsuran kreditnya. Maklum,
biaya pendidikan yang berasal dari siswa, sering tak mencukupi untuk
membayar gaji guru dan menutup biaya operasional sekolah. Gaji guru
bahkan sering molor sampai dua minggu.Hal ini dikarenakan banyak siswa
yang macet pembayaran uang sekolahnya.Kondisi objektifnya beragam.Ada
yang di tengah jalan orangtuanya mendadak sakit permanen, gagal dalam
usaha, putus kerja dsb. Namun, Sofyan tak mau mengeluarkan siswa yang
orangtuanya mendadak miskin itu.
Untuk menaklukkan badai tersebut, Sofyan
mendatangi sejumlah pengusaha dan pejabat negara yang dikenalnya,
mencari dukungan agar sekolahnya yang menyekolahkan anak-anak miskin
bisa bertahan. Ia juga membuat gerakan orangtua asuh untuk mengetuk
dermawan agar memberi santunan biaya sekolah untuk siswa miskin di
sekolahnya. Beberapa NGO Internasional yang sejalan dengan visi dan misi
sekolahnya diajak kerjasama seperti Caritas Switzerland, Pan Eco
Foundation dsb. Mereka memberikan bantuan untuk pembangunan dan
pengembangan infrastruktur dan fasilitas di YPSIM
Dua puluh lima tahun setelah sekolah ini
pertama didirikan, mimpi Sofyan Tan sudah berhasil dilunasinya.
Perguruan Sultan Iskandar Muda kini memilikidua buah laboratorium
komputer dengan perangkat komputer modern dan serba canggih. Ruang
komputer dilengkapi fasilitas internet dan media audiovisual.
Laboratorium Bahasanya memiliki 68 unit tape recorder dan headset untuk
praktek bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin . Laboratorium IPA (fisika,
biologi dan kimia) juga dilengkapi alat-alat praktek canggih.
Peresmiannya dilakukanYohanes Surya, pakar Fisika Indonesia, sekaligus
Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Fasilitas lain adalah ruang musik
lengkap dengan peralatan bandnya, kantin yang sejuk asri dilengkapi
dengan fasilitas WIFI untuk mengakses internet bagi siswa, perpustakaan
dengan jumlah koleksi buku lebih dari 10.000 buku dan majalah, radio
komunitas dan bus antar jemput siswa. Gedung sekolahnya juga sudah
berlantai 4. Maret 2013 ini, Yayasan Sultan Iskandar Muda juga akan
meresmikan gedung TK yang berbentuk castle. Deretan ruangan yang sudah
berumur 25 tahun juga mulai dibangun kembali. YPSIM juga saat ini
diperkuat 126 tenaga pengajar lulusan D3, S1 dan S2 dan pegawai,
sedangkan jumlah siswanya berkisar 2.200 orang dimana 600 orang
diantaranya adalah anak asuh yang bebas uang sekolah, anak yang
diberikan subsidi silang, beserta penerima beasiswa.
Yah begitu lah sejarah singkat dari Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda yang sebenarnya sebagian besar saya Copas dari http://ypsim.sch.id/home/profil/sejarah-singkat/ hehehe (jadi orang jujur amat sih min)
Baiklah selanjutnya gw bakalan bahas soal Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda yang sekarang.
Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda yang sekarang jauh lebih berkembang dari sebelumnya (yah jelas atuh min kalo gak berkembang mah gak bakalan terkenal sampe bolak balik masuk tipi kali min -_-)
yah seperti yang gw bilang tadi sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah sekolah yang berbasis multikultural. Apa sih Multikultural ??? Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan
kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya
keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam
kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan,
dan politik yang mereka anut. (source: wikipedia) //Nanya sendiri jawab sendiri juga hadeuhh aya aya wae sih admin teh\\
Lanjut kuy, selain berbasis multikultural di sekolah ini juga terdapat rumah ibadah. Ada Mesjid, Gereja Vihara, dan satu lah yang baru selesai di bangun yaitu Pura. Selain rumah ibadah di sekolah ini terdapat juga pendopo. Nah, yang membuat kesan multikultural di sekolah ini bertambah selain rumah ibadahnya yang termasuk lengkap adalah guru guru dan murid muridnya. Mereka berinteraksi tanpa memandang suku, agama, adat istiadat, dll. Bukan cuman itu aja kaya yang tadi gw bilang disini juga ada yang namanya pendopo nah, fungsi pendopo ini sendiri adalah untuk berkumpul bersama. Biasanya pendopo ini di pake buat kalo ada acara- acara atau buat belajar. Di sekolah ini juga ada yang namanya pohon bisbul. Pasti pada gak tau kan maksudnya apaan ?? kenapa gw tiba tiba bahas pohon ??? yah, jadi kenapa gw bahas pohon ini dan apa tujuannya. Awalnya gw juga gak tau kenapa nih pohon di tanem di tengah tengah emang apaan tujuannya ngalangin jalan aja tau udah itu gw di suruh cari apa maksud pohon bisbul lagi pas lagi MOS. Yah dan ternyata jeng jeng ZONK. Canda canda hehheheh. Sebenernya pohon bisbul ini melambangkan multikultural pohon ini ditanam di tengah tengah rumah ibadah yang berhadapan satu sama lain.
![]() |
Halaman belakang sekolah yang dulu |
![]() |
Halaman belakang sekolah yang sekarang |
Nah, beralih dari pohon sekarang kita ke fasilitas dan ektrakulikuler
Seperti yang di bahas di sejarah singkat sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda fasilitas di sekolah ini lengkap (walaupun mimin Copas tapi masih di baca loh)
Ada ruang musiknya, kantin, toilet (jelas ada), koperasi, klinik, tempat paskir yang luasnya udah kaya miki holiday (gak sebesar itu juga sih sebenarnya), ruang kelas yang cukup untuk menampung siswa, rumah ibadah, pendopo, aula (udah ada pendopo ada aula lagi, behh enak pisan sekolah disini mah), ama lab fisika, biologi, lab komputer (nih gw kasih tau ya lab komputernya tuh bukan cuman satu tapi....... ada...... 3 gila bayangin aja 3 lab komputernya banyak banget kalo vrooohh.), ada ruang BK juga (tapi gw jarang nginjekkin kaki di ruangan ini kecuali ngembaliin absen hehehe kalo lewat nih ruang sih sering banget), dll deh banyak banget.
Sebelum kita berpisah marilah kita
![]() | |
Sultan Iskandar Muda yang sekarang |
Bagian depan sekolah |
Jadi kalo gitu sampe jumpa di post an gw yang berikutnya
Bubyee
BTW, masih ada yang penasaran gak siapa sih yang ngepost artikel yang GAJE banget bahasanya ini ?? terus kalo nanya sendiri jawabnya juga jawab sendiri ??
Yah, kalo gak mau tau juga yah tetap gua kasih tau juga heheheh
(Source : Om google)
Yah, kalo gak mau tau juga yah tetap gua kasih tau juga heheheh
(Source : Om google)
Langganan:
Postingan (Atom)